Sunday, April 20, 2014

Rumah Rotowijayan - Sayembara Rumah Urban, Arbbi Design Award 2013

Rumah itu, menurut saya pribadi, adalah sesuatu yang rumit didesain.
Mendesain rumah itu adalah hal yang penuh tantangan dan misteri.
Mungkin karena sifatnya yang seharusnya sangat pribadi, sehingga tiap orang harusnya punya desain rumah yang berbeda. Terlebih, jika luasan yang ada terbatas dengan kebutuhan yang besar.

Tema sayembara tahun ini adalah rumah urban, dimana kita mencari dan menentukan site dan klien sebebas-bebasnya, seunik mungkin, dengan luasan maksimal 100m2. Dimensi yang diarahkan oleh TOR lomba mendekati 4x25 atau 5x20, yang berarti lahan berbentuk memanjang, seperti gerbong kereta api.

Pada saat yang hampir bersamaan, ada kerabat yang meminta didesainkan sebuah rumah, di daerah Rotowijayan, sebelah Barat Keraton Yogyakarta. Sitenya cukup unik. Gang dimana mobil tidak bisa masuk, serta rumah yang saling menempel satu sama lain, meskipun bentuk site yang akan digunakan tidak memanjang seperti yang diharapkan oleh TOR. Ini saya kira akan menjadi satu kasus yang menarik, sehingga saya memutuskan untuk menggarapnya secara paralel menjadi dua karya: yang satu adalah desain yang (semoga) akan dibangun, serta yang satu lagi akan saya garap bersama-sama menjadi sebuah karya untuk sayembara.

Singkatnya, saya mengajak dua orang teman, Baksoro Haryo Pamungkas, dan Reza Rinanto untuk bergabung dalam tim, karena kebetulan saya punya formulir gratis.

Dalam pengerjaan sayembara ini, kami sepakat untuk menggunakan keluarga kerabat saya menjadi klien untuk dijadikan acuan. Sepasang suami istri, dan dua orang anak yang masih SD. Untuk penggunaan site, kami sepakat untuk menggunakan hanya sebagian dari site untuk digunakan, sehingga didapat luasan 56m2 dengan dimensi 4x14, mendekati dimensi yang dikehendaki dalam TOR. Saya tidak tahu pasti, namun, saya kira ini adalah luasan site terkecil (atau mungkin salah satu yang paling kecil) dari ratusan karya yang masuk. Kasus dan klien yang nyata, tapi dengan luasan site yang kita reka ulang. 

Bisa dibilang, kami sedang mengarang cerita fiksi dari fakta yang ada.

Idenya sederhana, pertama kami membuat daftar kegiatan yang diperlukan dari pengamatan keluarga. Setelah itu kami menentukan luasan ruang yang diperlukan. Dari sana, kami menentukan ruang mana yang bisa dibuat fleksibel, dan ruang mana yang tidak, mengingat luasan ruang (di lantai satu bahkan kami hanya bisa menggunakan 28m2) yang terbatas. Akibatnya, desain yang kami buat mengarah ke bagaimana membuat ruang-ruang dan furnitur yang ada menjadi fleksibel, serta bagaimana memainkan psikologi ruang sehingga ruang terkesan luas.

Prosesnya cukup menyenangkan, kami menggambar, berdiskusi, dan bahkan sempat membuat maket studi karena kurang yakin dengan gambaran skala ruang yang ada di monitor. Kami mendesain dengan detail, sangat detail, bahkan di hari-hari terakhir menjelang deadline, kami bingung akan memasukkan detail furnitur yang mana, karena ruang layout yang terbatas dan bahan yang terlalu banyak.

Pada akhirnya, karya ini gagal masuk nominasi (bahkan saya rasa tidak ada di list 70 besar).
Kami rasa kami belajar banyak tentang ruang sempit, pengalaman bertambah, dan kami akan kembali lagi dengan karya yang lebih baik.

Tapi satu hal yang pasti adalah: 

penilaian desain rumah akan selalu menjadi hal misterius.


 

 




2 comments:

  1. Desainnya inspiratif, luar biasa menarik. ketika lahan 4 x 12, dan efektif dibangun hanya 3 x 12 m, kesulitan ditambah bukan arsitek dan keterbatasan dana.
    Siksaan lahir batin bikin denahnya, apa lagi hanya satu lantai.

    Semoga Kang Hanief sekeluarga selalu sehat dan terus memberikan karya yg ok untuk keluarga dan semua.


    Salam-Zakki AS

    ReplyDelete

Share