Friday, January 23, 2015

Kampung Sawai, Maluku Tengah

Matahari terbenam di Sawai.
 
Jurnal Sawai, paska presentasi Sayembara Arsitektur Rumah Baileo.
 Agustus 2014.

Aku sebelumnya bilang, bahwa kita bisa menikmati lagu apapun saat berada dalam taksi manapun di Ambon dan Seram. Itu tidak diragukan. Namun di sisi lain, aku harus menggarisbawahi bahwa skill menyetir orang di sini tinggi sekali. Maksudnya, mereka bisa menyetir di tempat yang berbahaya sekali dengan kecepatan tinggi sekali.

Awalnya begini.

Kami berempat beruntung bertemu dengan seorang baik bernama Rico Wailerune (kalau saya tidak salah) saat presentasi sebuah sayembara arsitektur. Niat kami berkunjung ke Sawai banyak terbantu olehnya. Sebagai orang yang sudah lama tinggal di Masohi, ia tahu banyak tentang kota ini. Kami bertanya banyak tentang Sawai, rute jalan, jadwal angkutan, dan biaya penginapan. Ia menjawab dengan semangat, dan membantu kami menyewa sebuah mobil dari Masohi ke Saleman, desa terakhir sebelum kami dapat menyebrang ke Sawai dengan Perahu.

Masohi ada di selatan Seram, sementara Saleman ada di sisi sebaliknya. Untuk mencapai Saleman, kita harus melalui perjalanan darat yang panjang. Kami diceritakan bahwa jalannya akan sempit, mengular, naik turun membelit bukit, berkabut, dan akan ditempuh dalam waktu beberapa jam. Kami bernasib baik karena dibantu dicarikan mobil untuk pergi-pulang dari Masohi-Saleman. Di hari dan jam yang disepakati, kami naik mobil tersebut untuk segera berangkat ke Saleman. Sopirnya bernama Ical Samual, dan meski tidak banyak bicara, dia selalu berusaha tersenyum dan menyapa.

Mobilnya bersih sekali, dan musiknya masih tetap enak. Kami sedikit bertanya-tanya kepada bang Ical tentang Sawai, namun karena suara musik beradu dengan obrolan, pembicaraan itu otomatis terhenti juga. Masalahnya dimulai disini. Begitu masuk hutan, kebalikan dengan apa yang biasanya orang normal lakukan, pedal gas malah diinjak dalam-dalam olehnya. Aku duduk di kursi tengah baris kedua sehingga bisa melihat jarum speedometer ada di angka 80 dan 100 saat itu. Aku yakin pasti terpental keluar dari kaca depan jika mobil berhenti mendadak atau menabrak sesuatu. Namun rasanya bang Ical ini yakin benar dengan kemampuannya mengemudi. Tidak ada rem atau gas yang digebernya dengan ragu-ragu. Aku putuskan saja untuk menitipkan nasib ini padanya. Mobil meroket meliuk-liuk di badan bukit, sampai akhirnya kami bisa melihat laut dan berhenti. 

Inilah Saleman. Harum cengkeh semerbak di dalam desa Saleman, memberitahu kami bahwa daerah ini memang penghasil rempah. Mobil kami berhenti di bibir dermaga, dan kami langsung menyewa perahu. 

Desa Saleman, indah kan?

Perjalanan dengan boat hanya sekitar 15 menit, tapi pemandangannya sangatlah luar biasa, terlebih cuaca sedang bagus di siang hari. Berbeda sekali dengan cuaca di daerah Seram selatan. Di kejauhan, di pinggir pantai, terlihat beberapa bangunan di pinggir pantai dengan dermaga kecil. Ternyata itu yang namanya Ora Beach. Kekaguman kami dengan pemandangan Ora cepat tergantikan dengan munculnya tebing batu besar Hatupia. Tebing yang tinggi besar ini seolah memotong barisan hutan hijau di sepanjang pantai, sayangnya, ada beberapa coretan vandalis yang dibuat dengan cat di bagian tebing yang berdekatan dengan air.

Itu perbuatan orang Indonesia, aku yakin itu.

Belum habis kami menikmati tebing tersebut, kami sudah harus terkesan lagi dengan beberapa massa kotak-kotak yang ada di atas laut. Tidak salah lagi, itu Sawai.

Terlihat bahwa kampung ini cukup ramai. Ada satu-dua kapal yang berlalu lalang membawa penumpang dan beberapa barang. Anak kecil tampak santai bermain sampan. Dan kebetulan sekali ada satu massa bangunan yang sedang dikerjakan di dekat dermaga, jadi setidaknya kami bisa bertanya-tanya tentang arsitekturnya. Kapal segera merapat, dan seorang dengan umur sekitar 40-an datang menyambut kami. Sambil tersenyum dan mengulurkan tangan, dia menyapa.

"Halo, perkenalkan, saya Alex."

Kami sempat mencari informasi tentang Sawai, dan kebetulan ada artikel yang memasang foto bapak ini. Aku pribadi masih ingat, bapak ini adalah Muhammad Ali, pemilik penginapan Lisar Bahari yang fotonya terpasang di laman artikel tersebut. Langsung saja, kami menyalami bapak itu dan saling memperkenalkan diri.

"Ah? Bapak bukannya pak Ali?"

Beliau tertawa kecil.

"Wah. Hahaha. Tahu darimana? Oh? Internet? Hahaha. Saya punya dua nama. Mari"

Kami memanggul tas yang baru saja kami turunkan dan langsung mengikuti bapak ini. Langkahnya cepat juga.

"Ini kamarnya."

Aku pernah mendapati kamar yang begitu buruk dan berkutu di Labuan Bajo dengan harga yang murah. Aku tidak berharap banyak saat berkunjung ke Seram Utara, tempat yang lebih jauh dan sulit dicapai dibandingkan Labuan Bajo, tapi disini kami semua terkesan. 

Kami mendapati satu kamar dengan dua kasur (spring bed besar dan empuk), dimana di atas masing-masing kasur terdapat dua bantal yang besar. Antara dua kasur ada satu meja kecil dengan colokan listrik terpaku di dindingnya. Gantungan baju bersama ada di dinding seberang, sementara jika ingin menjemur pakaian basah, di luar ada jemuran sendiri untuk tiap kamar. Material dinding, atap, dan lantai terbuat dari material alami, sehingga secara visual sangat enak dilihat, apalagi mengingat kami lulus dari jurusan arsitektur. Kamar mandi? Tersedia di kamar ini juga, cukup buka pintu di sebelah gantungan pakaian tadi. Toiletnya toilet duduk, dan ada shower, meski airnya tidak terlalu deras.

Kamar sebagus ini di tempat sejauh ini, tentu ada satu hal yang jadi pertanyaan kami.

"Untuk kamarnya, seorang dua ratus lima puluh ribu. Saya kasih paket lengkap, tempat tidur ada, makan gratis tiga kali sehari, snack sore ada, kelapa muda gratis, alat snorkling saya kasih pinjam, dan ada sampan gratis buat dipakai. Dan saya kasih kamar kalian di dekat kamar bule perempuan ini, sebagai bonus. Siapa tahu berminat. Hahaha."

Bapak ini membaca pikiran kami. Selera humornya juga bagus. Suasana langsung cair. Dan rasanya bodoh sekali kalau kita masih minta menawar dengan fasilitas sebanyak itu. Kami setuju saja, dan sepakat dengan apa yang bapak ini tawarkan.

"Sekarang silahkan istirahat dulu saja, kalau mau berenang juga boleh. Sebentar lagi saya suruh orang bawakan teh. Dan setelah makan malam, biar saya buka paket laut atau hutan." Maksud paket laut atau hutan itu adalah paket tur dengan guide, yang rincinya akan kuceritakan nanti di bawah saja dengan detail.

Untuk perjalanannya, lihat foto-foto di bawah saja.

 Sesaat sebelum menambatkan kapal di dermaga.

Di atas adalah penginapan. Penginapan dihubungkan dengan selasar-selasar yang melayang di atas air. 
Di bawahnya adalah kolam renang kami, dan semua orang. 
Kolam kami bercampur dengan ikan dan segala macamnya, 
sekaligus jalan raya menuju kampung. 
Apik sekali.

Bangunan pertama, berdiri dari tahun 98, kata Pak Ali. 
Saat kami datang sudah tahun ke enam belas.
Kayu-kayu ini tampaknya kuat sekali.

Selasar antar penginapan.
Di ujung beranda kamar, setiap pagi kami tidak punya pilihan lain, selain minum teh sambil menikmati pisang goreng di pinggir selasar.


Di sisi bukit Hatupia

Desa Sawai dari atas, cukup padat untuk kampung nelayan.
Kalau anda sempat, berkelilinglah. Penduduknya ramah-ramah, dan ada penjaja es campur yang enak sekali.
Semangkuk hanya 5000 rupiah.

Detail perjalanan:
Taksi Avanza Masohi-Sawai Rp.500.000 sekali jalan
Kapal Penyebrangan Saleman Sawai Rp 250.000 pulang pergi
Penginapan, makan, dan fasilitas, Lisar Bahari Rp 250.00 semalam
Paket Tur laut, Lisar Bahari, Rp 750.000 per kapal, meliputi:
1. Wisata ke sungai Salawai, melihat proses pembuatan Sagu.
2. Makan siang di Pulau Jodoh
3. Snorkeling di tengah laut
4. Snorkleing lagi di dekat bukit Hatupia, dekat gua kelelawar
5. Kelapa muda, kopi, teh, snack gratis, dan semua dipandu seorang guide.

Paket gunung lebih mahal, namun kalau anda suka berburu foto, terutama satwa, ini direkomendasikan.
Perjalanan meliputi susur hutan, melihat penangkaran hewan, dan melihat satwa. Anda akan dierek naik ke atas rumah pohon yang tingginya puluhan meter dari tanah, dan bisa melihat aneka flora dan fauna melalui lensa anda yang panjang. Berhubung saya hanya bisa mengacung-acungkan Lumia 520 saya kesana-kemari, sementara tak satupun dari kami antusias melihat burung dan anggrek, kami memilih laut.

1 comment:

  1. MEDIA RENTAL CAR - AMBON
    Kami merupakan salah satu penyedia jasa penyewaan mobil di Kota Ambon. Siap melayani anda yang akan berkunjung ke Kota Ambon, untuk menjalankan tugas kedinasan, berbisnis ataupun berwisata. Tersedia Paket menarik diantaranya

    - Paket Per Jam Rp. 80.000 / Jam (min.pemakaian 2 jam)
    - Paket Antar Jemput Bandara Menuju Kota Ambon Mulai Rp. 150.000
    - Paket Antar Jemput Bandara Menuju Pelabuhan Tulehu Mulai Rp. 150.000
    - Paket Antar Jemput Dari Kota Menuju Pelabuhan Tulehu Mulai Rp. 150.000
    - Paket Hemat Rp. 450.000 / 12 Jam BBM+Supir (Avanza / Xenia 2010)
    - Paket Normal Rp. 600.000 / 12 Jam BBM+Supir (All New Xenia/Avanza G/ Avanza Veloz)
    - Paket Santai Rp. 650.000 / 12 Jam BBM+Supir (Innova G / Innova V Luxury)
    - Paket Eksekutif Rp. 900.000 / 12 Jam BBM+Supir (Innova Reborn)
    - Toyota Fortuner, Toyota Alphard, Rp. CALL
    Harga sudah termasuk Biaya Bahan Bakar, Jasa Pengemudi.
    Kendaraan Sehat, Full AC, Full Musik, Pengemudi berpengalaman (mengenal seluk beluk dan informasi wisata kota Ambon)

    Untuk perjalanan luar Kota / long trip (Pulau Osi / Ora Beach / Paperu Beach / Saparua) Harga CALL

    Untuk promosi perusahaan (Sales Call / Marketing Tour) kami menyediakan unit kendaraan yang siap di Branding dengan logo ataupun nama perusahaan anda

    Hubungi Kami :

    MEDIA RENTAL CAR AMBON
    Jl. Rijali No. 57 Ambon Telp 0911-3820126
    Fast Response SMS/WA 081247134134
    Online Order : JASA SEWA MOBIL DI AMBON

    ReplyDelete

Share