Hidup ramah lingkungan, berarti mengurangi hal-hal yang berakibat buruk pada lingkungan. Kadang orang menganggapnya mengurangi kualitas hidup, seperti tidak bepergian jauh (karena memakai bensin), tidak, tidak memakai kresek (karena masa hancurnya lama), tidak ini, tidak itu, dan sebagainya, dan sebagainya. Indonesia sendiri sudah punya cara sendiri kok, dengan isu ramah lingkungan, seperti pemadaman listrik-tanpa-sebab oleh PLN (njegleg).
Ah, tapi siapa bilang bersenang-senang sambil ramah-tamah dengan lingkungan itu tidak bisa? Kadang kita juga bisa, ramah-tamah dengan bumi sambil ngopi dengan teman-teman. Gambar diatas itu pun cuma ampas kopi kok, bagian dari usaha saya mengurangi kertas dan penebangan pohon untuk membuat pensil.
Memang seniman itu harusnya seperti bunglon ya, bermimikri, menyamar, mencari kesempatan, menyesuaikan tempatnya berada dan sabar... Jadi begini, kalau dunia memberimu jeruk, buatlah jus jeruk. Tapi kalau dunia memberimu ampas kopi.. Ya saya buatlah lukisan ampas kopi. Siapa tahu pegawai yang membereskan meja cukup awas dan melihat ini, lalu dipajang di dinding warungnya.
Hitung-hitung hemat air untuk cuci piring, ya..
Secangkir Bunglon
Ampas Kopi + Garpu + Jari + Piring