Entah bagaimana, kuliah teori arsitektur terbawa ke arah yang tidak terduga.
Minggu lalu, kita mengkritik bangunan dengan bebas, interpretatif.
Minggu ini? Festival Topi.
Kita diminta membuat topi yang mempromosikan Jogja
(Sedengar anggota kelompok kami. Ada yang orang lain yang bilang harus 'Arsitektur Jogja', tapi ya toh sudah lewat..). Ide pertama: Onthel, ya sudah, langsung dibuat. Ada juga ide lain, berupa sketsa-sketsa, tapi belum difoto sudah dikumpul.
Ini agak membanggakan ya, semua kita buat dari hasil memulung.
Itu tutup kepala yang dari bambu, bekas dari suvenir bentuk laba-laba.
Sungutnya kita jadikan stang sepeda, dan pegangannya kita buat dari sedotan bekas.
Terus lampu sepedanya kita buat dari senter bekas, kita ikat di tutup kepala yang tadi dengan kabel audio video bekas, nemu di belakang tv.
Sepeda harus punya sadel dong?
Kita buat dari busa bekas, bahan sisa-sisa saat membuat maket, kita bentuk persis sadel.
sisanya, kardus-kardus bekas kita potong-potong untuk detail khususnya.
Lalu untuk meninggikan sadel busanya kita pakai tutup botol bekas teh kotak.
Dan jadilah Topi Onthel. Dengan biaya Rp 0-.
Masih banyak lagi topi yang lain, yang bagus dari kelompok lain.
Semuanya mempromosikan Jogja. Ada topi gunungan, becak, keraton, dan lain-lain.
Kadang kuliah kita memang tidak terduga, tapi nikmatilah.
Ini bisa dibuat di rumah kok, hehe.
Cobalah.