"Ya, rasanya memang karena tidak terbiasa ya?"
"Selama ini juga biasanya memang di tempat tertutup, kan?"
"Padahal bagus sekali tempatnya."
Aku masih memandangi gambar yang kami bicarakan barusan. Sebuah kamar mandi.
Di sisi ruangannya terdapat bathtub dari semen ekspos, isinya penuh kembang. Showernya mungkin ada di sisi lain kamar mandi, namun tidak terlihat di foto ini. Dindingnya dari baru alam berwarna krem, lantainya berwarna persis dengan bathtub-nya. Kamar mandi ini tentu ada di resor berbintang. Atau hotel. Atau mungkin villa di bagian selatan Bali sana, atau mungkin malah di Jogja, aku tidak tahu. Yang terbayang saat pertama kali melihatnya adalah: damai.
Kamar mandi ini terhubung langsung dengan taman kecil di belakangnya. Taman ini beralas rumput gajah, diapit dengan dinding batu alam berwarna kecoklatan. Pohon kamboja tumbuh rapi diantara tetumbuhan bunga, dan satu-satunya hal yang terserak di kebun adalah bunga putih dan merah. Lantas darimana aku tahu kamar mandi ini berada di resor? Mudah saja : tidak ada dinding maupun pintu diantara ruang dan kebun.
Kamar mandi model begini ini memang membuat otak kita berkhayal-khayal. Apa rasanya ya, kalau kita punya satu di rumah? Kebanyakan orang suka bermanja-manja berada di dalam air. Hangat maupun dingin, berendam selepas kerja seharian sambil mendengarkan musik pasti terasa mendamaikan. Rasa-rasanya semua pikiran dan kotoran terkupas dan larut bersama air. Keluar dari sana, kita sudah harum, segar, dan bersih. Anggaplah terlahir kembali.
Tapi memang yang namanya otak, sedikit-sedikit sudah terbayang lagi hal lain. Khayalan indah tentang kamar mandi impian ini membawa aku pergi ke tempat lain. Ini satu ingatan tentang kamar mandi yang kumasuki di Pelabuhan Tulehu, Seram.
Saat itu sedang badai. Aku baru turun dari kapal, dan terburu-buru ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tapi tampaknya, kamar mandi itu tidak punya septic tank. Apa yang seharusnya masuk septic tank, dibuang langsung ke laut. Saat itu badai, dan apa yang akan terjadi terhadap si kloset saat laut pasang berombak? Well, rasanya aku tidak perlu cerita banyak untuk menggambarkan apa yang keluar dari dalam kloset. Singkat cerita, aku urung pipis.
***
Akhirnya, otak membawaku kembali ke tempat semula dan mengajakku berpikir. Apa itu kamar mandi?
Ruang ini, mungkin bisa dikatakan ruang paling privat di dalam rumah. Umumnya, apa yang sedang terjadi di dalam, tidak boleh ketahuan yang di luar. Anda tidak suka gangguan saat berada di dalamnya? Pernah digedor saat buang air? Tidak ada yang suka momen-momen seperti itu.
Beberapa yang lain mungkin menganggap ini tempat sejenis tempat suci. Bagi kita, orang Indonesia, yang mandi dua kali sehari, mandi adalah kegiatan memulai dan mengakhiri satu hari. Kita membersihkan diri sebelum berkegiatan, dan membersihkan diri sebelum pergi berbaring untuk tidur. Oh iya, wudhu juga sering dilakukan di kamar mandi, apabila anda berada di rumah. Gosok gigi, mencuci baju, juga mungkin dilakukan dalam satu ruang yang sama. Tidak begitu berlebihan lah, saat aku sebut dia ruang penyucian diri.
Banyak hal sama yang diharapkan semua orang terhadap sebuah kamar mandi, misalnya: kenyamanan, ruang privat, tempat bersuci. Namun, semua orang punya preferensinya masing-masing. Ada yang suka kloset duduk, ada yang harus jongkok. Ada yang mengguyur badan dengan gayung, ada yang suka dihujani dengan shower. Ada yang senang berlama-lama mandi, ada pula yang terbiasa cepat-cepat, karena terburu waktu. Dengan semua itu, tidakkah kamar mandi seharusnya berada di kasta yang mungkin sama dengan kamar tidur?
Sebagai mahasiswa, dahulu aku selalu menempatkan kamar mandi sebagai ruang sisa. Taruh dia di ruangan paling nista: pojok ruang, luasan seadanya, dan tak perlulah dia mendapat cahaya matahari. Dia cuma syarat ruang yang harus ada di tiap bangunan kan? Toh orang tidak akan berlama-lama di dalamnya. Buka, setor, siram. Kelar urusan.
Tapi perspektifku tentang kamar mandi sudah berbeda. Rasa-rasanya kamar mandi ini kok menarik sekali ya? Mungkin kalau diusili dengan desain dia bakal jadi ruang yang sarat pengalaman. Kenapa kamar mandi pria dan wanita di mall terpisah? Mungkinkah mereka disatukan? Aku punya gambaran desain sederhana tentang ini. Bayangkan anda sedang buang air, sementara anda diapit oleh dua orang yang berbeda gender di dinding seberang anda.
Merah untuk pria, putih untuk wanita.
Seru kan? Ini mungkin ide yang tidak berguna, tapi setidaknya kalau sejak awal kita mau memperhatikan hal-hal sepele seperti kamar mandi, mungkin tidak akan ada feses muncrat seperti yang terjadi di Tulehu.
Yogyakarta, 27 Januari 2015.
No comments:
Post a Comment