Saturday, October 20, 2012

Sumur Pahlawan - Sayembara Bundaran Air Mancur Semarang, Undip

Selalu menyenangkan, berkompetisi.
Banyak ilmu, saling mengukur diri.

Ini karya kompetisi terbaru, kalah memang, tapi rasanya layak dibagi..
Saya disini bermain solo, kebetulan karena saat saya mendaftar, orang-orang masih pada KKN, sementara saya masih di Bandung, kerja praktek. 

Ternyata rasanya cukup enak kerja sendiri, mau apa saja boleh. 
Tapi ya itu, tidak ada yang bisa memunculkan ide yang berbeda.

Dan kerjanya kewalahan.




Disini, yang saya pikirkan pertama saat membaca TOR adalah: ada ruang bundar dengan diameter 20 meter. Luasnya lebih dari rumah saya di Bali. Menurut saya sayang kalau dia dibuat menjadi sebuah sculpture saja, dipandangi dari jauh. Saya kira akan lebih baik jika dia dibuat menjadi sebuah galeri, sebuah ruang tentang pahlawan-pahlawan (kebetulan site ada di Jalan Pahlawan, jadi saya pakai saja sebagai ide. Memang pemikirannya dangkal, saya tidak punya waktu meriset ini itu).

Karena itu saya balik: biasanya orang berkumpul mengelilingi monumen, disini monumen akan mengelilingi orang-orang. Anggap saja tukar posisi..


Bagaimanapun, saat itu saya baru-baru saja menonton The Dark Knight Rises, saya terinspirasi dari bentuk sumur. Dimana Bruce Wayne muda terjatuh ke dalamnya, dimana saat dia dewasa dia terpaksa harus memanjatnya untuk bangkit. 

Saya ingin membawa orang-orang merasakan emosi tersebut, benda tidak harus tinggi menonjol untuk dirasa monumental, dengan masuk ke dalam alam ruang yang berbeda, yang berbeda dengan sekitarnya, saya kira orang juga bisa merasa terperanjat.


Badan bangunannya sendiri nantinya akan dibuat menjadi air terjun, dimana air akan jatuh dari puncak dinding-dinding glassblok.. Selain itu, dinding ini juga digunakan untuk memblok suara bising dari luar, sehingga terasa perbedaan antara atmosfer luar dan dalam.. Sisanya mungkin bisa dibaca di poster.

 Saya amat sadar, desain yang saya ajukan disini sangat-sangat subjektif sifatnya.
Dan wajar saja saya tidak menang.

Tapi ya itu, kalah ya kalah.

Tidak pernah terasa enak.

Besok pasti lebih baik.

Share